Sabtu, 28 Januari 2012

PERJUANGAN KAUM PROLETAR

SOSIALISME BURUH INDONESIA
Gejala social yang yang dapat di saksikan sejak zaman revolusi industri samapi kepertengahan abd ke 19 dan ke 20, kepatalisme liberal sebagai ideology yang mendasari kehidupan masyarakat.(Soerjanto:1989)
hal ini bukan saja terjadi di Negara-negara industry I besar namun di berbagai lapisan dunia mengalami  revolusi industri, mulai mogok kerja, demo menuntut upah yang layak dan bisa memberikan kesjahtraan rakyat. berbagai tuntutan yang di usung oleh kaum buruh tidak lepas dari nilai tenaga yang di pekerjakan oleh orang borjuasi, dari tenaga tradisionaal ke tenaga indutri mesin. Hal ini menyebabkan ketegangan antara pemilik modal dengan para buruh yang mengakibatkan lumpuhnya berbagai aspek social ekonomi.
Gejolak masa para buruh yang melakukan demo besar-besar di daerah bekasi dan sekitarnya tidak lepas dari analisis historisnya Maxisme dengan berpandangan bahwa kapitalisme akan semangkin berlanjut kedalam kehidupan manusia sehingga manusia itu akan mengalami keterasingan (alienasi) dari kehidupannya sebagai buruh. Mereka terasing dari kerjanya, karena tidak bisa menikmati hasil jerih payah yang di perlakukan oleh kaum pemilik modal, dan juga antara kerja dan nilai yang di berikan tidak sesuai dengan keringat mereka yang dip eras oleh kaum kapitalis. Undang-undang kenaikan upah maksimum adalah sebuah tuntutan utama bagi kaum buruh, namun hal itu di politisasi oleh kaum kapitalisme untuk mengakal para kaum buruh.
Revolusi industri (versi indonesi) yang terjadi saat ini seperti yang terjadi di bekasi dan sekitarnya yang menuntut keputusan pengadilan tata usah Negara (PTUN)  bekasi terhadap pembatalan naiknya upah minimum kota (umk) berdampak langsung pada aktivitas industri yang mengakibatkan hampir 5000. industri di bekasi dan sekitarnya di tutp.  Kembalinya aksi demo buruh itu merupakan reaksi dari putusan majlis hakim tata usaha Negara (PTUN) bandung (26/1/12) mengabulkan gugatan yang di ajukan oleh asosiasi pengusaha indonesia (Apindo) bekasi atas SK Gubernur Jabar tentang penetapan UMK (upah minimum kabupaten/kota) no.651/kep.1540-bansos/2011 yang menetapkan UMK bekasi sebesar Rp 1.491.866, upah kelompok II Rp 1.715.645 dan kelompok I rp 1.849.913 (baca: http://cybernews.cbn.net.id)
yang mengntungkan sebelah pihak dari perusahaan . tidak lain adalah kaum kapitalisme hidup tanpa terkendalai oleh pemerintah, jika kaum kapitalisme di biarkan hidup tanpa terkendali,maka di situ akan terjadi persaiangan keras, pertentangan para industry untuk menguasi bahkan memonopoli pasaran dunia. Yang berarti ini akan menimbulkan pergeseran mendasar dalam mutivasi usaha; mutivasi kerja berubah menjadi mutivasi perjuangan revolusi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, dalam arti ekonomi kapitalis. Namun hal ini akan berbeda ketika mutivasi kerja berubah menjadi mutivasi mogok, dan melakukan demo besar-besaran seperti yang terjadi saat ini di berbagai daerah terutama dibekasi dan jawa barat, bukan malah menimbulkan keuntugan yang sebesar-besarnya akan tetapi, akan menimbulkan kekacauan masa dan beimbas pada aspek ekonomi yang lain, seperti pemblokiran jalan memblokade akses aktivitas masyarakat menjadi berhenti. Dengan demikian, tenaga kerja atau tenaga buruh di hargai bukan berdasarkan pada martabat kemanusiaanya, melainkan atas nilai tukar yang di peroleh dari padanya selama dia bekerja sperti layaknya mesin.
Melihat para kaum buruh selama ini yang selalu bermasalah dengan para bosnya atau pemilik modalnya, melakukan aksi-mogak kerja seperti yang terjadi di PT.Frepotr di Timika Papua beberapa bulan yang lalu, aksi demo yang tak kunjung padam menuntut upah di naikan hampir semua itu terjadi di buruh pabrik di Indonesia. Jika melihat para nasib buruh yang sedang berdemo saat ini menuntut upah dari pihak perusahaan yang tidak kunjung di tanggapi oleh pihaknya. Maka mereka para pendemo yang tergabung dalam asosiasi buruh se indonesia menegaskan ada keprihatianan terhadap hak buruh saat ini. Seperti yang di kutip dalam Republika.co.id, Jakarta, 27/1  "Kami prihatin dengan perkembangan demonstasi buruh di Bekasi (Jawa Barat) dan kami berharap pemerintah bisa segera mencari jalan keluar yang saling menguntungkan bagi buruh dan dunia usaha," kata salah satu Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton Supit, di Jakarta, Jumat (27/1).
Ada beberapa factor Problem sosial ekonomi yang terjadi saat ini yang di alami oleh kaum buruh atau dalam istilah bahasa versi marxis (proletariat). Problem pertama adalah di mana salah satu dari kaum pemilik modal berfikir terlalu Positifis, mengunakan hukum logika alam, semua tenaga kerja para buruh bisa di hitung berdasarkan logika kalkulatif. Dalam istilah ini Direktur Jendral Perguruan Tinggi Islam yaitu Prof, Nur Syam  menjelaskan bahwa di dalam pandangan kaum positivistik, maka problem bisa disebabkan oleh faktor tunggal.
 Ada pula faktor karena hal itu merupakan fenomenologis yang sifatnya adalah sistemis, artinya tidak bisa dalam satu sebab saja kenapa buruh bisa mogok, kenapa kaum pemilik modal tidak berpihak, kenapa pemerintah tidak bisa mensejahtrakan rakyat. hal inilah sebagai fenomena social yang berlatar belakang bukan dari satu factor terterntu melainkan banyak factor yang menyebabkan hal itu terjadi dan bergejolak di lapangan.
Dalam fenomena sosial ini tidak ada akibat yang di sebabkan oleh satu sebab saja pasti ada beberapa sebab. maka problem yang terjadi pada buruh atau bahkan problem apapun tidaklah bisa tunggal akan tetapi bercorak sistemik. Yang satu dengan yang lain adalah saling mengkait dalam jaringan yang tidak saling terpisahkan, Lanjut Nur Syam. Dalam hal ini tidklah satu faktor yang menyebabkan mereka berdemo, aksi, dan mogok kerja. Akan tetapi bagaimana mereka punya visi yang sama antara satu (buruh/pekerja) dengan yang lainnya (pemilik modal) dengan adanya kerja sama yang baik antara buruh dengan pemilik modal akan tercipta tatanan yang damai selagi buruh dan pemilik modal tidak saling jaga jarak. Karena seseorang atau bahkan pemimpin pun tidak akan bisa menyelesaikan problemnya secara sepihak jika tidak ada system atau kerja sama dengan yang lainnya. Penulis berharap agar tuntutan para kaum buruh yang selama ini menjadi problem bagi rakyat, dan juga bagi para pemerintah yang hanya sebelah mata memandang masyarakat, hari ini akan terbuka pintu hatinya agar supaya semua keinginan masyarakat terkabulkan dan masyarakat damai sejahtra.
Oleh: Amin
Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi
IAIN Sunan Ampel Surabaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sample text

Social Icons

Powered By Blogger

Ads 468x60px

Social Icons

Featured Posts