SOSIALISME BURUH INDONESIA
Gejala social yang yang dapat di saksikan sejak
zaman revolusi industri samapi kepertengahan abd ke 19 dan ke 20, kepatalisme
liberal sebagai ideology yang mendasari kehidupan masyarakat.(Soerjanto:1989)
hal ini bukan saja terjadi di Negara-negara industry I besar namun di berbagai
lapisan dunia mengalami revolusi
industri, mulai mogok kerja, demo menuntut upah yang layak dan bisa memberikan
kesjahtraan rakyat. berbagai tuntutan yang di usung oleh kaum buruh tidak lepas
dari nilai tenaga yang di pekerjakan oleh orang borjuasi, dari tenaga
tradisionaal ke tenaga indutri mesin. Hal ini menyebabkan ketegangan antara
pemilik modal dengan para buruh yang mengakibatkan lumpuhnya berbagai aspek
social ekonomi.
Gejolak masa para buruh yang melakukan demo
besar-besar di daerah bekasi dan sekitarnya tidak lepas dari analisis
historisnya Maxisme dengan berpandangan bahwa kapitalisme akan semangkin
berlanjut kedalam kehidupan manusia sehingga manusia itu akan mengalami
keterasingan (alienasi) dari kehidupannya sebagai buruh. Mereka terasing dari
kerjanya, karena tidak bisa menikmati hasil jerih payah yang di perlakukan oleh
kaum pemilik modal, dan juga antara kerja dan nilai yang di berikan tidak
sesuai dengan keringat mereka yang dip eras oleh kaum kapitalis. Undang-undang
kenaikan upah maksimum adalah sebuah tuntutan utama bagi kaum buruh, namun hal
itu di politisasi oleh kaum kapitalisme untuk mengakal para kaum buruh.
Revolusi industri (versi indonesi) yang terjadi
saat ini seperti yang terjadi di bekasi dan sekitarnya yang menuntut keputusan
pengadilan tata usah Negara (PTUN)
bekasi terhadap pembatalan naiknya upah minimum kota (umk) berdampak
langsung pada aktivitas industri yang mengakibatkan hampir 5000. industri di
bekasi dan sekitarnya di tutp. Kembalinya
aksi demo buruh itu merupakan reaksi dari putusan majlis hakim tata usaha
Negara (PTUN) bandung (26/1/12) mengabulkan gugatan yang di ajukan oleh
asosiasi pengusaha indonesia (Apindo) bekasi atas SK Gubernur Jabar tentang
penetapan UMK (upah minimum kabupaten/kota) no.651/kep.1540-bansos/2011 yang
menetapkan UMK bekasi sebesar Rp 1.491.866, upah kelompok II Rp 1.715.645 dan
kelompok I rp 1.849.913 (baca: http://cybernews.cbn.net.id)
yang mengntungkan sebelah pihak dari perusahaan
. tidak lain adalah kaum kapitalisme hidup tanpa terkendalai oleh pemerintah,
jika kaum kapitalisme di biarkan hidup tanpa terkendali,maka di situ akan
terjadi persaiangan keras, pertentangan para industry untuk menguasi bahkan
memonopoli pasaran dunia. Yang berarti ini akan menimbulkan pergeseran mendasar
dalam mutivasi usaha; mutivasi kerja berubah menjadi mutivasi perjuangan
revolusi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, dalam arti ekonomi
kapitalis. Namun hal ini akan berbeda ketika mutivasi kerja berubah menjadi
mutivasi mogok, dan melakukan demo besar-besaran seperti yang terjadi saat ini
di berbagai daerah terutama dibekasi dan jawa barat, bukan malah menimbulkan
keuntugan yang sebesar-besarnya akan tetapi, akan menimbulkan kekacauan masa
dan beimbas pada aspek ekonomi yang lain, seperti pemblokiran jalan memblokade
akses aktivitas masyarakat menjadi berhenti. Dengan demikian, tenaga kerja atau
tenaga buruh di hargai bukan berdasarkan pada martabat kemanusiaanya, melainkan
atas nilai tukar yang di peroleh dari padanya selama dia bekerja sperti
layaknya mesin.
Melihat para kaum buruh selama ini yang selalu
bermasalah dengan para bosnya atau pemilik modalnya, melakukan aksi-mogak kerja
seperti yang terjadi di PT.Frepotr di Timika Papua beberapa bulan yang lalu,
aksi demo yang tak kunjung padam menuntut upah di naikan hampir semua itu
terjadi di buruh pabrik di Indonesia. Jika melihat para nasib buruh yang sedang
berdemo saat ini menuntut upah dari pihak perusahaan yang tidak kunjung di
tanggapi oleh pihaknya. Maka mereka para pendemo yang tergabung dalam asosiasi
buruh se indonesia menegaskan ada keprihatianan terhadap hak buruh saat ini.
Seperti yang di kutip dalam Republika.co.id, Jakarta,
27/1 "Kami
prihatin dengan perkembangan demonstasi buruh di Bekasi (Jawa Barat) dan kami
berharap pemerintah bisa segera mencari jalan keluar yang saling menguntungkan
bagi buruh dan dunia usaha," kata salah satu Ketua Asosiasi Pengusaha
Indonesia (Apindo) Anton Supit, di Jakarta, Jumat (27/1).
Ada beberapa factor Problem sosial ekonomi yang
terjadi saat ini yang di alami oleh kaum buruh atau dalam istilah bahasa versi
marxis (proletariat). Problem pertama adalah di mana salah satu dari kaum
pemilik modal berfikir terlalu Positifis, mengunakan hukum logika alam, semua
tenaga kerja para buruh bisa di hitung berdasarkan logika kalkulatif. Dalam
istilah ini Direktur Jendral Perguruan Tinggi Islam yaitu Prof, Nur Syam menjelaskan bahwa di dalam pandangan kaum positivistik, maka problem bisa
disebabkan oleh faktor tunggal.
Ada pula faktor
karena hal itu merupakan fenomenologis yang sifatnya adalah sistemis, artinya
tidak bisa dalam satu sebab saja kenapa buruh bisa mogok, kenapa kaum pemilik
modal tidak berpihak, kenapa pemerintah tidak bisa mensejahtrakan rakyat. hal
inilah sebagai fenomena social yang berlatar belakang bukan dari satu factor
terterntu melainkan banyak factor yang menyebabkan hal itu terjadi dan
bergejolak di lapangan.
Dalam fenomena sosial ini tidak ada akibat yang
di sebabkan oleh satu sebab saja pasti ada beberapa sebab. maka problem yang terjadi pada buruh atau bahkan problem
apapun tidaklah bisa tunggal akan tetapi bercorak sistemik. Yang satu dengan
yang lain adalah saling mengkait dalam jaringan yang tidak saling terpisahkan, Lanjut Nur Syam. Dalam hal ini tidklah satu
faktor yang menyebabkan mereka berdemo, aksi, dan mogok kerja. Akan tetapi
bagaimana mereka punya visi yang sama antara satu (buruh/pekerja) dengan yang
lainnya (pemilik modal) dengan adanya kerja sama yang baik antara buruh dengan
pemilik modal akan tercipta tatanan yang damai selagi buruh dan pemilik modal
tidak saling jaga jarak. Karena seseorang atau bahkan pemimpin pun tidak akan
bisa menyelesaikan problemnya secara sepihak jika tidak ada system atau kerja
sama dengan yang lainnya. Penulis berharap agar tuntutan para kaum buruh yang
selama ini menjadi problem bagi rakyat, dan juga bagi para pemerintah yang
hanya sebelah mata memandang masyarakat, hari ini akan terbuka pintu hatinya
agar supaya semua keinginan masyarakat terkabulkan dan masyarakat damai
sejahtra.
Oleh: Amin
Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi
IAIN Sunan Ampel Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar