Selasa, 05 Juni 2012

SUMPAH POCONG

-->
SENSITIFIEME DAN MAKNA SUMPAH POCONG

Oleh : Amin Yusuf

Refleksi Historis Sumpah Pocong
Munkin tidak lagi aneh bahwa kata sumpah pocong itu sering kita dengar di berbagai situasi dan tempat di mana kite berada. Sumpah pocong yang sering kita kenal dengan sumpah versi orang yang masih menggap aka nada balasan seketika ketika proses sumpah pocong itu berlangsung dan orang yang di sumpah jika benar-benar bersalah aka nada siksaan dan teguran dari sang maha pencipta.
Namun apa sebenarnya makna sumpah pocong ? apakah benar dan terbukti jika orang yang di sumpahi pocong itu jika benar tuduhan yang di berikan oleh penuduh itu terbukti akan ada siksaan ? inilah yang menjadi dasar utama yang harus di pertnayakan. Jangan-jangan ini (sumpah pocong ) hannya sebagai semboyang yang mungkin di telinga orang kedengarannya sangat mengrikan, dan ektrim ? ataukah memang betul-betul ada sumpah pocong itu ? beberapa waktu lalu saya membaca salaha satu korang local di Surabaya ada pemberitaan yang memberitakan tentang sumpah pocong kasus ini berawal dari tuduhan yang tidak rasional dan tidak logis menurut saya, dalam korang tersebut ada seseorang perempuan yang sudah lama sakit bahkan sudah delapan bulan sakit tidak kunjunng ssembuh, di perisakan ke dokter, puskesmas, sudah beberapa kali dan hasilnya belum juga kunjung, berhubung sakitnya sudah lama perempuan tersebut sudah masuk dalam kereteria sakit yang sudah parah dan sangat kurus sekali.
Waktu demi waktu berobatpun sudah tidak ada hsilnya. Pada suatu hari perempau itu bermimpi seseorang laki-laki yang datang ke rumahnya dan mengambil tanah pekarangan ayamnya, lalu laki-laki tersebut pergi tanpa permisi se usai mengambil tanah. Mimpi itu menurut perempuan itu di tafsirkan secara sensitive bahwa orang yang mengambil tanahnya itu adalah orang yang memberikan penyakit kepada perempuan itu dan tuduhan itu di lontarkan kepada laki-laki yang ada dalam mimpinya yang tidak lain adalah tetatngganya sendiri. Tuduhan itu sangat tidak rasional dan tidak ada bukti yang nyata bagi yang di tudh, tuduhan itu berupa kata-kata bahwa laki-laki itu yang punya ilmu hitam alias santet yang telah menyantet perempuan itu. Tuduhan itu membuat masyarakat gerah dan untuk mencegah terjadinya konflik antara sesame maka tokoh di desa tersebut melakukan sosialisasi dan berkomunikasi secara kekeluargaan atas tuduhan yang di berikan oleh perempuan kepada laki-laki itu. Karena yang di tuduh tidak merasa bersalah dan sangat marah ketika di tuduh bahwa dirinya menyantet perempuan itu maka, laki-laki minta bukti dan pembuktian itu oleh tokoh masyarakat setempat katakanlah Kiayinya meminta agar orang yang di tudh melakukan sumpah pocong dengan tujuan bila yang di tuduh benar-benar tidak melakukan maka, tidak aka nada adzab , tapi jika benar yang di tuduh itu terbukti telah melakukan santet kepada perempuan maka laki-laki yang di tuduh itu akan menadapat sangsi dan adzab dari tuhan. Cerita ini saya refleksikan dari salah satu media Koran memo kota surabya tanggal 29/12.
Melihat fenomena yang sering terjadi antara hokum rimba  yang berupa sumpah pocong itu kirany kita dapat memaknai kembali bagaimana proses pencarian kebenaran antara satu dengan lainnya seperti yang tergambar di atas yaitu perempuan sakit, berbulan-bulan, berobat tidak kunjung sembuh, akhirnya ada kesimpulan dari perempuan yang sakit bahwa dirinya di santet orang, lalu yang di tuduh menyantet di eksekusi oleh tokoh masyarakat dengan sumpah pocong. Hal ini  sebagaimana di katakana oleh Berger dan Lukcmann dia memandang bahwa masyarakat sebagai proses yang berlangsung dalam tiga moment dialektis yang simultan . yaitu ekternalisai (penyesuain diri dengan  dunia sosio kultural sebagai produk manusia) internalisasi (indiidu mengidentifikasi dengan lembaga-lembaga social atau organisasi social tempat individu menjadi anggotanya) dan objektivasi (intraksi social dalam dunia intersubjektif yang di lembagakan melalui proses institusionalisasi) Inilah yang oleh berger di sebut dengan kenyataan social. Yang merupakan suatu konstuksi buatan manusia sendiri dalam perjalanan sejarahnya dari masa silam, kemasa kini, dan menuju masa depan (baca:anatomi dan perkembangan teori social:2010). Kenapa di katakana silam? Karena masyarakat pada perkembangannya menempuh bebepara sejarah di antaranya adalah sejarah manusia pada tahap teologis, metafisik, dan positivis. Tahap-tahap sejarah manusia itu dalam di siplin ilmu pengetauan teruatama filsafat dan teori social sebagai tahap perkembangan ilmu-ilmu yang rasional.
Di era modern seperti saat ini memang tidak bisa di universalkan bahwa budaya modernisasi masih menjadi tanda Tanya masyarakat indoneisia yang notabene masih menganut masyarakat tradisional, artinnya system-sistem kepercayaan yang di anut oleh masyarakat Indonesia masih dalam kategori tahap metafisis yaitu masih percaya pada sesuatu yang irasional yang berada dalam lauar nalar manusia. Pada prinsipnya bahwa sumpah pocong itu lahir dari suatu perasangka (su’udhan) istilah bahasa agama islam yang akan melahirkan sensitifisme antara sesame yang tidak lain akan melahirkan konflik jiak sifat sensitifisme ini terus melakat pada masyrakat Indonesia.
Makna Religiusitas Sumpah Pocong
Zaman yang kita rasakan hari ini bukan lagi zaman dahulu yang sudah berlalu bebepara ratus ribu tahun ketiga kaum nabi Nuh di tenggelamkan akibat membangkang perintah tuhan, dan juga bukan lagi zamannya Nabi Luth yaitu kaum tsamud dan kaum Sodom yang juga telah di musnahkan dan di hancurkan dari bumi dengan gempa bumi dan hujan api dan batu dari langit  dari tuhan. akan tetapi, hari ini adalah masa misi baru nabi Muhammad yang begitu cinta kepada ummatnya meski umatnya banyak yang melanggar tetapi ummat Muhammad menadapt restu yang special dari tuhan dengan memberikan dispensasi bagi yang membangkangnya selagi dia tidak syikirik. Lantas apa kaitannya dengan makna sumpah pocong di atas, jelas sekali ketika secara budaya kita mengenal sumpah pocong sebagai jalan-satu-satunya proses pembuktian kebenaran di luar nalar manusia, namun ini bermakna bagi religiusitas masyarakat, dimana mengadili manusia layaknya tuhan beserta para malakykatnya mengadili amal perbuatannya manusia. Jika terbukti manusia melakukan kebaikan di dunia selama dia hidup dan tidak pernah melakukan kejelekan, dan biarpun melakukan kejelekan dia segera berobat, maka orang itu tidak akan di siksa layaknya sumpah pocong yang jika terbukti tidak bersalah maka dia tidak akan  disangksi dan ditegur dari tuha,. Begitupun sebaliknya jika tidak terbukti manusia melakukan kejahatan dengan sensus amal-nya di sisi tuhan nanti, maka orang itu akan di lemparkan ke neraka, dan di siksa selama-lamanya.
Makna lain dari itu adalah sebagai symbol kehamapaan manusia dan sungug tidak ada harhgnya di mata tuhan . bahwa ketika manusia sudah tidak bernyawa lagi manusia tidak akan lagi bisa berdaya-dan eksis ketika semua hak-hak manusia harus di kembalikan kepada sang pemilik tunggal inilah yang akan mejadi saksi nanti di alam sana.
Makna sosiologis
Mengingat bahwa sumpah pocong menjadi budaya local masyarakat Indonesia tidak bisa di lepaskan dari makna sosiologis bahwa melihat dari pengalaman yang sering terjadi proses sumpah pocong sebagai sebagai akibat dari krisis kehidupan dan sitem dalam suatu Negara atau tidak berfunsginya aturan dan struktur yang ada sehingga dalam mengahadapi situasi demikian (sumpah pocong) itulah orang mulai bicara tentang datangnya krisis kehidupan dewasa ini (Marcuse:1964) terjadinya proses irasional yang terjadi dalam suatu system seperti sumpah pocong ini terjadi apabila struktur kehidupan social tidak mampu lagi memberikan pemecahan seperti yang di harapkan untuk menjamin kelestarian system kehidupan itu sendiri, (Habermas;1975) ini berarti ada gangguan integritas dalam system itu sendiri. Dengan demikian dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa proses terjadinnya atau adanya system baru dalam kehidupan masyarakat di akibatakan adanya krisis integritas dan system dalam struktur, sehingga antara struktur dan system yang berlaku tidak lagi bisa mejamin kelestarian kehidupan akibatnya jalan satu-satunya yang di tempuh oleh masyarakat adalah kemabali kepada sejarah dan tahap manusia yaitu tahap metafisis, dimana masyarakat mengadili menusia dengan kemabli kepada kepercayaan kuno yang berada di luar nalar manusia. Makna sumpah pocong  menjadi mungkin sebagai jalan alternative untuk mengadili para pembohong dinegeri kita, seperti para koruptor, konglumerat, dan pemerintah bahkan institusi hokum pun yang sering mengadili dengan tidak sesui dan setimpal kepada yang bersalah. Mungkin dengan sumpah pocong ini pemerintah kita dapat sadar atas kelakuan yang dia perbuat dan menjadi ingat bahwa pada akhirnya dia akan di bungkus dengan kai kapan putih yang hanya berukuran beberapa meter. 
  

2 komentar:

  1. bila orang bisa terkabulkan dengan sumpah pocong .. berapa ribu pejabat kita yang akan mati setelah dilantik
    bahkan dipasar pun banyak bergelimpangan bangkai , karena terkabul langsung sumpah pocongnya

    BalasHapus

Sample text

Social Icons

Powered By Blogger

Ads 468x60px

Social Icons

Featured Posts