WIRAUSAHAWAN VS PEDAGANG TRADISIONAL
Sudah menjadi fenomina besar dalam sejarah
pertumbuhan ekonomi di Indonesia, bahwa pedagang tradisional dan generasai
selanjutnya ke wirausahawan muda
menjadi sorotan public dan pemerintah dalam
bidang petumbuhan ekonomi. Bukan hanya dalam bursa kerja namun dalam bursa
inovasi karer banyak usaha muda dan
pedagang tradisional memberikan energy positif dalam pertumbuhan ekonomi
nasional. Era modern ini bukan tidak sulit untuk mempertahankan perekonomian
masyarakat. Banyaknya pasar-[asar berlebal modern seperti mini market,
indomaret, giant dan lain sebagainya menjadi tantangan besar pagi pelaku pasar
tradisinonal. Persaingan yang semangkin maju ini akan tumbuh selama masih
berkembangnya teknologi informasi yang memberikan peluang besar bagi para
pelaku pasar.
Pasar tradisional merupakan jantung dari
pada segala kebutuhan rakyat yang mayoritas pendudukanya berada dalam kelas
bawah alias miskin. Saat ini, Pasar tradisional
semakin terjepit. Setelah gencar digempur keberadaan pasar moderen, kini
pemerintah pun ikut-ikutan memojokkan pasar tradisional. (baca: Radar
Surabaya 21.1.12) saat ini masih banyak pasar tradisional yang memerlukan
sentuhan khusus untuk lebih optimal menggerakkan sektor perekonomian rakyat.
“Apalagi sekarang pesaing pasar tradisional juga semakin banyak,
jika demikian maka hal yang
harus di lakukan oleh pemerintah demi membela rakyat kecil adalah, meberikan
resolusi yang tepat bagi para pelaku pasar tradisional di Indonesia, yaitu
dengan menganggarkan bantuan baginya untuk tetap mempertahankan eksistensi
keberadaanya. Anggaran yang harus di berikan terutama berupa bantuan
mengembangkan ekonominya dan menjaga stabilitas harga sebagaimana yang di
nginkan oleh rakyat pada umumnya.
Namun saat ini gebrakan
yang di infokan oleh berbagai media, adalah pemerintah hanya pro pada wirausaha
muda, yang mempunyai kelebihan dalam berkarer, sementara para pelaku pasar
tradisional tidak begitu kurang di perhatikan, malah justru selalu di
exploitasi (di udir, di bongkar paksa).
Pada tanggal 21/1 kamaren ada
wacana bahwa revitaslisai anngaran bagi pedang tradisional anggaran untuk
merevitalisasi pun dikepras. Kalau tahun lalu bisa menembus angka Rp 650
miliar, pada 2012 ini dikepras hingga hanya tersisa Rp 400 miliar (baca: Radar
Surabaya 21.1.12)
Tumbuh berkembangnya ekonomi bangsa bukan
terletak pada keseluruhan aspek ekonomi Negara melainkan ada bebeapa peran
penting dari elemen masyarakat yang juga berhak ikut serta dalam membangun
ekonomi rakyat.
Libralisme pasar dalam
pertumbuhan ekonomi global akan semangkin membuat para pedagang tradisional
tersingkir secara bersejarah. Banyaknya perusahaan asing yang masuk keberbagai
daerah di perkotaan atau pedesaan, seperti Mini Market, Alfamart, akan
semangkin menimbulkan kecendrungan masyarakat mengubah paradigam tradisional
kedalam gaya hidup (life style) yang lebih moderen dan cendrung konsumtif.
Salah satunya adalah uhasa
kecil menengah dan para wirausaha muda yang telah banyak menyumbangkan ide
kreatif bagi pertumbuhan ekonomi Negara. Bayangkan era yang serba modern Ini
para pelaku pasar tradisional dan pengusaga kecil tumbuh berada dalam level 20%
untuk pembangunan ekonomi Negara. Sumbangan ini membuat para petinggi dan
mentri dari berbagai pengembangan ekonomi harus memberikan apresiasi kepadanya.
Wirausaha sebenarnya dalam
dunia pertumbuhan ekonomi adalah nama yang masih baru, namun persaingan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat tidak
akan kalah dengan berjalankan pertumbuhan ekonomi yang modern di berbagai Negara. Salah satu memberntuk ekonomi yang bisa
menyaingi pasar modern adalah
Pertama : Memberntuk tim advokasi
dalam bidang ekonomi baik mikro atau makro, dengan jalan memberikan sekolah
atau pelatihan menjadi wirausahawan yang menjanjikan perubahan ekonomi yang
lebih maju dan inovatif.
Kedua : Membidik
masyarakat belajar menajdi leadership yang bermoral bagi bangsa dan Negara,
sehingga dengan demikian masyarakat Indonesia tidak saja menjadi pengusaha dan
penguasa secara individual melainkan bisa menjadi penguasa dan pengusaha yang
bermoral dan tidak mendeskriminasi terhadap individu yang lainnya.
Oleh: Amin
Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi
IAIN Sunan Ampel Surabaya
Oleh: Amin
Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi
IAIN Sunan Ampel Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar