MENDISTRIBUSIKAN GAGASAN MASYARAKAT KEPADA
BIROKRASI
Ada sebuah cerita singkat yang saya kutip dari tulisannya Muhammad Khodafi
yang beberapa hari 19/2 di muat di websetnya IAIN sunan ampel Surabaya . yang mengisahkan
keteladanan nabi Muhammad kepada
orang-orang di sekitarnya bahkan kepada orang yang mencaci maki. Cerita itu
bunyinya demikian .sangat jelas sekali Muhammad memberikan keteladanan
kepada kita, ketika dia (Muhammad) dengan penuh kesabaran dan kasih sayang
menyuapi seorang Yahudi tua yg buta, yang selalu mencaci Rasulullah setiap kali
beliau sedang menyuapinya. Sebagai pengikut Muhammad, saya hanya bisa menduga
nabi tidak marah karena yahudi itu "buta" (tidak kenal dan tidak tahu
siapa sesungguhnya Muhammad itu atau dalam bahasa lain bodoh). Tetapi beberapa
hari setelah nabi wafat ( ketika si yahudi merasa kehilangan orang yang dengan
sabar menyuapinya setiap hari) dan diberi tahu bahwa yang menyuapinya adalah
Muhammad, orang yang selalu ia hina dan caci maki, maka sadar dan
menangislah Yahudi itu, karena ternyata orang yang paling dibencinya adalah
orang yang paling sayang kepadanya, jadilah ia malu dan kemudian masuk
"Islam".
Membaca
cerita singkat itu maka saya sangat terharu pada perjuangan beliau memberikan
teladan yang baik (uswatun hasanah) kepada manusia, dia alah pemimpin
yang tidak ada bandingannya, dialah satu-satunya leadership yang sangat
menunjukkan kesabaran dan kearifan bagi seluruh manusia di muka bumi ini. Sebuah
catatan sejarah bahwa bangsa kita saat ini dan dari dulu belum menemukan
eksistensi leaders yang sedikit mencerminkan sesuai dengan ajaran nabi itu,
semua pemimpin di negeri ini mengalami fatalitas keagamaan yang drastic,
bayangkan para pemimpin negeri ini menyelasaikan masalah yang di anggap
masyarakat itu sangat kecil dan mudah, nyatanya pemimpin kita sangat bodoh dan
tidak bisa menunjukkan eksistensinya sebagai pemimpin.
Banyak kasus-kasus
bernunsa agama, (seperti pelarangan terhadap pendirian agama lain. Penolakan atas
gereja dan bahkan ada pula yang menolak atas hadirnya kelompok yang di di
anggap mencemarkan nama baik agama dan budaya) itu semua terjadi bukan tanpa
lasan. Masing masing dari berbagai belah pihak mempunyai argument yang berbeda,
yang satu menyakini kebenarang ajaranyam yang satu menolak karena tidak sesuai
dengan adat dan budaya mereka, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di
palangkaraya. Aksi menolak kehadiran Ornas agama , front pembela islam (FPI) di
kalteng tepat nya di daerah palangkaraya yang mengatasnamakan suku dayak tidak
setuju kehadiran FPI ke palangkaraya. Kayaknya semua elemen berhak mengadili
atas kesengjangan itu, buktinya ketika beberapa hari kemudia bahkan tidak
samapi beberapa jam, banyak media di berbagai situs jaringan social dan maya,
berkomentar yang sangat tidak etis, bukanya semua budaya dan warga Negara bisa
hidup di bumi ini. Negeri ini tidak di huni oleh satu komunitas saja, atau satu
aliran saja melainkan beberapa aliran, agama, budaya dan etnis. Itu keindahan Indonesia.
Tapi dengan demikian keadialn dan mengahdikimi orang dengan cara yang tidak
etis bukanlah perilaku masyarakat Indonesia, apalagi mengucilkan kelompok lain
atau ormas lain.
Hal ini
bukan saja di alami oleh rakyat Indonesia tapi juga leadernya (pemimpinya) juga
tidak bisa menghakimi dengan subyektif, mereka seakan di kendalikan oleh
sekelompok orang yang ingin menhaikimi yang lainnya. Buktinya para pemimpin ini
masih tidak tegas memberikan instruksi kepada orang-orang yang melanggar hak
asasi manusia untuk hidup di bumi indoneisia ini, jika terjadi demikian apa
yang harus di lakukan oleh bangsa ini dan para pemimpin, tokoh, dan berbagai
elemen masyarakat yang juga bisa ikut andil dalam menjaga stabilitas dan
integritas bangsa ini agar terhindar dair perpecahan.
SIAPA
YANG BERTANGGUNG JAWAB
Jika ditanya demikian siapa yang bertanggung jawab atas
permasalahan yang menimpa negeri ini, maka jawabannya adalah semua elemen
masyarakat yang ada di negeri ini, namun yang paling bertanggung jawab adalah
pemerintah sebagai agent, yang mampu mendestribusikan gagasan dan tindakanya
kepada semua masyarakat yang sedang mengalami maslah dan problem.
Pemecahan masalah ini (problem
solving) bukan hadir dari para elit atu pemerintah semata melaunkan dari masyarakat
juga menjadi aget, sebagai pemberi gagasan dan ide, namun gagasan dan ide
tersebut tidak dakan tersampaikan ke permukaan jika tidak penyalurnya (distributor)
penyalur tersebut adalah media (sarana pesan . baik pesan melalui cetak atau
elektronek seperti internet, tv dll) sehingga nantinya bisa diserap oleh objek
yaitu masyarakat sendiri. Namun semua akan menjadi sirna jika dari berbegai
elemen masyararakt, baik masyarakat bawah, atau atas seperti pemerintah, dan
juga dari kalangan Ormas agama LSM, tokoh agama dll. Jika semua element itu
tida ada kesadaran untuk menerima dan melaksanakan haknya untuk turut menjaga
stabilitas negeri ini maka negeri ini akan selama seperti ini, akan berjalan di
temapt tidak bisa tersamapiakn pada masyarakat luas.
Semoga sedikit cerita di atas tersebut cukup memberikan gambaran
yang positif bagi leader dan segenapa umat manusia dan pada khusunya masyarakat
Indonesia yang pada saat ini masih di landa dengan krisis kepemimpinan yang
sangat tidak tegas dan tidak bisa mencerminkan pribadi yang arif dan bijaksana
kepada seluruh masyarakatnya..
Wallayu ya’lamu
Oleh: Amin
Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi
IAIN Sunan Ampel Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar