Minggu, 19 Februari 2012

MENDISTRIBUSIKAN GAGASAN UNTUK PROBLEM KE AGAMAAN



MENDISTRIBUSIKAN GAGASAN MASYARAKAT KEPADA BIROKRASI
Ada sebuah cerita singkat yang saya kutip dari tulisannya Muhammad Khodafi yang beberapa hari 19/2 di muat di websetnya IAIN sunan ampel Surabaya . yang mengisahkan  keteladanan nabi Muhammad kepada orang-orang di sekitarnya bahkan kepada orang yang mencaci maki. Cerita itu bunyinya demikian .sangat jelas sekali Muhammad memberikan keteladanan kepada kita, ketika dia (Muhammad) dengan penuh kesabaran dan kasih sayang menyuapi seorang Yahudi tua yg buta, yang selalu mencaci Rasulullah setiap kali beliau sedang menyuapinya. Sebagai pengikut Muhammad, saya hanya bisa menduga nabi tidak marah karena yahudi itu "buta" (tidak kenal dan tidak tahu siapa sesungguhnya Muhammad itu atau dalam bahasa lain bodoh). Tetapi beberapa hari setelah nabi wafat ( ketika si yahudi merasa kehilangan orang yang dengan sabar menyuapinya setiap hari) dan diberi tahu bahwa yang menyuapinya adalah Muhammad, orang yang selalu ia hina dan  caci maki, maka sadar dan menangislah Yahudi itu, karena ternyata orang yang paling dibencinya adalah orang yang paling sayang kepadanya, jadilah ia malu dan kemudian masuk "Islam".

Membaca cerita singkat itu maka saya sangat terharu pada perjuangan beliau memberikan teladan yang baik (uswatun hasanah) kepada manusia, dia alah pemimpin yang tidak ada bandingannya, dialah satu-satunya leadership yang sangat menunjukkan kesabaran dan kearifan bagi seluruh manusia di muka bumi ini. Sebuah catatan sejarah bahwa bangsa kita saat ini dan dari dulu belum menemukan eksistensi leaders yang sedikit mencerminkan sesuai dengan ajaran nabi itu, semua pemimpin di negeri ini mengalami fatalitas keagamaan yang drastic, bayangkan para pemimpin negeri ini menyelasaikan masalah yang di anggap masyarakat itu sangat kecil dan mudah, nyatanya pemimpin kita sangat bodoh dan tidak bisa menunjukkan eksistensinya sebagai pemimpin.
Banyak kasus-kasus bernunsa agama, (seperti pelarangan terhadap pendirian agama lain. Penolakan atas gereja dan bahkan ada pula yang menolak atas hadirnya kelompok yang di di anggap mencemarkan nama baik agama dan budaya) itu semua terjadi bukan tanpa lasan. Masing masing dari berbagai belah pihak mempunyai argument yang berbeda, yang satu menyakini kebenarang ajaranyam yang satu menolak karena tidak sesuai dengan adat dan budaya mereka, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di palangkaraya. Aksi menolak kehadiran Ornas agama , front pembela islam (FPI) di kalteng tepat nya di daerah palangkaraya yang mengatasnamakan suku dayak tidak setuju kehadiran FPI ke palangkaraya. Kayaknya semua elemen berhak mengadili atas kesengjangan itu, buktinya ketika beberapa hari kemudia bahkan tidak samapi beberapa jam, banyak media di berbagai situs jaringan social dan maya, berkomentar yang sangat tidak etis, bukanya semua budaya dan warga Negara bisa hidup di bumi ini. Negeri ini tidak di huni oleh satu komunitas saja, atau satu aliran saja melainkan beberapa aliran, agama, budaya dan etnis. Itu keindahan Indonesia. Tapi dengan demikian keadialn dan mengahdikimi orang dengan cara yang tidak etis bukanlah perilaku masyarakat Indonesia, apalagi mengucilkan kelompok lain atau ormas lain.
Hal ini bukan saja di alami oleh rakyat Indonesia tapi juga leadernya (pemimpinya) juga tidak bisa menghakimi dengan subyektif, mereka seakan di kendalikan oleh sekelompok orang yang ingin menhaikimi yang lainnya. Buktinya para pemimpin ini masih tidak tegas memberikan instruksi kepada orang-orang yang melanggar hak asasi manusia untuk hidup di bumi indoneisia ini, jika terjadi demikian apa yang harus di lakukan oleh bangsa ini dan para pemimpin, tokoh, dan berbagai elemen masyarakat yang juga bisa ikut andil dalam menjaga stabilitas dan integritas bangsa ini agar terhindar dair perpecahan.
SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB
Jika ditanya demikian siapa yang bertanggung jawab atas permasalahan yang menimpa negeri ini, maka jawabannya adalah semua elemen masyarakat yang ada di negeri ini, namun yang paling bertanggung jawab adalah pemerintah sebagai agent, yang mampu mendestribusikan gagasan dan tindakanya kepada semua masyarakat yang sedang mengalami maslah dan problem.
 Pemecahan masalah ini (problem solving) bukan hadir dari para elit atu pemerintah semata melaunkan dari masyarakat juga menjadi aget, sebagai pemberi gagasan dan ide, namun gagasan dan ide tersebut tidak dakan tersampaikan ke permukaan jika tidak penyalurnya (distributor) penyalur tersebut adalah media (sarana pesan . baik pesan melalui cetak atau elektronek seperti internet, tv dll) sehingga nantinya bisa diserap oleh objek yaitu masyarakat sendiri. Namun semua akan menjadi sirna jika dari berbegai elemen masyararakt, baik masyarakat bawah, atau atas seperti pemerintah, dan juga dari kalangan Ormas agama LSM, tokoh agama dll. Jika semua element itu tida ada kesadaran untuk menerima dan melaksanakan haknya untuk turut menjaga stabilitas negeri ini maka negeri ini akan selama seperti ini, akan berjalan di temapt tidak bisa tersamapiakn pada masyarakat luas.
Semoga sedikit cerita di atas tersebut cukup memberikan gambaran yang positif bagi leader dan segenapa umat manusia dan pada khusunya masyarakat Indonesia yang pada saat ini masih di landa dengan krisis kepemimpinan yang sangat tidak tegas dan tidak bisa mencerminkan pribadi yang arif dan bijaksana kepada seluruh masyarakatnya..


Wallayu ya’lamu


Oleh: Amin
Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi
IAIN Sunan Ampel Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sample text

Social Icons

Powered By Blogger

Ads 468x60px

Social Icons

Featured Posts