Kamis, 26 Januari 2012

BOXING CULTURE


DISINTEGRASI BOXING CULTURE
Budaya konfli , atau budaya kekerasan (boxing culture) akhir-akhir ini semangkin menjamur di negeri ini. Konflik horizontal yang bermula dari pertikaian satu kelompok dengan kelompok lain yang bermula dari maslah yang sederhana, sampai
konflik dengan aparat  seperti pmbakaran atas kantor polisi dan polisi menembaki rakyat dengan senjata yang terjadi beberapa bulan yang lau di bima yang menewaskan 3 orang dan sekarang ini terjadi konflik anatar warga yang ada di  lampung beberapa hari kemaren membuat gejala social yang seperti ini akan semangkin berimbas pada wilayah lain.
Sesungguhnya boxing culture (budaya kekerasan) yang di lakuakn oleh masyarat baik sipil atau masyarakat militer sebenarnya berakar dari ketidak saling pahaman antara kedua belah pihak sehingga yang satu menyalahkan yang lain. Begitu juga dengan aparat yang dengan senanngya mereka melepaskan senjata membahayakan kepada masyarakat yang mengalami emosional tinggi sehingga masyarakat merasa sangat benci kepada aparat dengan prilakunya yang tidak bisa melindungi masyarakat sipil.
Untuk membangun kearah yang lebih progresif lagi budaya seprti ini maka ada bebeapa langkah mikanisme untuk di lakukan oleh permirintah agar budaya tersebut bisa di netralisir sehingga tidak ada lagi perpecahan, diskriminasi, ataupun ada propokator yang oposisi untuk membentuk konflik berkepanjangan di negeri ini. Maka uapaya yang harus di lakukan adalah:
Kesadaran dan penyadaran bangsa : mikanisme atau cara seperti ini harus di lakukan oleh elemen masyarakat dari berbagai aspek, baik dari pemerintah, lembaga social atau agama yang juga berperan dalam menyadarkan anak bangsa yang sedang bergejolak saat ini. Suatu masyarakat tidak akan berhasil memproleh kemajuan, apabila ia tidak sadar akan eksistensi dan nasibnya. Kesadaran menunjukan bahwa hidup bukan sekedar ikut-ikutan dan serba santai, tapi taju hendak kemana ia pergi hendak melihat kemasa depan. Suatu bangsa akan berpartisipasi dan di hargai, apabila ia sadar akan diri sendiri dan tindakannya. Sebenaranya budaya kekerasan yang terjadi saat ini di berbagai daerah di tanah air buak- lah dri maslah yang besar (big) akan tetapi karena ikut-ikutan anak-anak muda dalma hal yang di gambarkan oleh masyarakat. Hal ini akan tergambar dalam bangsa ini yang sedang mengalami perpecahan anak bangsa yang notabenya adalah masyarakat awam yang perlu adanya advokasi yang bersifat edukasi pada masyarakat.
Demokratisasi : prinsip demokrasi akan tinggal hampa, kalu tidak di sertai dengan kehidupan demokrasi dalam masyarakat, naik sipil maupun non sipil. Hal ini akan terwujud apabila terdapat keadilan dalam segala bidang, dalam kehidupan ekonomi harus terjamin adanya perataan pendapatan
Integrasi budaya : kebudayaan merupakan esensi dalam ketahanan nasional. Ini berarti bahwa kebudayaan adalah kekuatan yang mampu menyatukan seluruh bangsa  dan mempertahankan eksistensinya (soerjanto poespowardojo:1989). Hal ini jika budaya bangsa yang begitu luhur di muka dunia mengalamai kemerosotan maka kebudayaan satu-satunya yang bisa menyatukan masyarakat Indonesia adalah dengan membentuk sekolah budaya dari para sesepuh bangsa. Agar budaya kekerasan bisa di minimalisir oleh masyarat sendiri.


Oleh: Amin
Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi
IAIN Sunan Ampel Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sample text

Social Icons

Powered By Blogger

Ads 468x60px

Social Icons

Featured Posts