DISINTEGRASI BOXING CULTURE
Budaya konfli , atau budaya kekerasan (boxing culture)
akhir-akhir ini semangkin menjamur di negeri ini. Konflik horizontal yang
bermula dari pertikaian satu kelompok dengan kelompok lain yang bermula dari
maslah yang sederhana, sampai
konflik dengan aparat seperti pmbakaran atas kantor polisi dan polisi menembaki rakyat dengan senjata yang terjadi beberapa bulan yang lau di bima yang menewaskan 3 orang dan sekarang ini terjadi konflik anatar warga yang ada di lampung beberapa hari kemaren membuat gejala social yang seperti ini akan semangkin berimbas pada wilayah lain.
konflik dengan aparat seperti pmbakaran atas kantor polisi dan polisi menembaki rakyat dengan senjata yang terjadi beberapa bulan yang lau di bima yang menewaskan 3 orang dan sekarang ini terjadi konflik anatar warga yang ada di lampung beberapa hari kemaren membuat gejala social yang seperti ini akan semangkin berimbas pada wilayah lain.
Sesungguhnya boxing culture (budaya kekerasan) yang di
lakuakn oleh masyarat baik sipil atau masyarakat militer sebenarnya berakar
dari ketidak saling pahaman antara kedua belah pihak sehingga yang satu
menyalahkan yang lain. Begitu juga dengan aparat yang dengan senanngya mereka
melepaskan senjata membahayakan kepada masyarakat yang mengalami emosional
tinggi sehingga masyarakat merasa sangat benci kepada aparat dengan prilakunya
yang tidak bisa melindungi masyarakat sipil.
Untuk membangun kearah yang lebih progresif lagi
budaya seprti ini maka ada bebeapa langkah mikanisme untuk di lakukan oleh
permirintah agar budaya tersebut bisa di netralisir sehingga tidak ada lagi
perpecahan, diskriminasi, ataupun ada propokator yang oposisi untuk membentuk
konflik berkepanjangan di negeri ini. Maka uapaya yang harus di lakukan adalah:
Kesadaran dan penyadaran bangsa : mikanisme
atau cara seperti ini harus di lakukan oleh elemen masyarakat dari berbagai
aspek, baik dari pemerintah, lembaga social atau agama yang juga berperan dalam
menyadarkan anak bangsa yang sedang bergejolak saat ini. Suatu masyarakat tidak
akan berhasil memproleh kemajuan, apabila ia tidak sadar akan eksistensi dan
nasibnya. Kesadaran menunjukan bahwa hidup bukan sekedar ikut-ikutan dan serba
santai, tapi taju hendak kemana ia pergi hendak melihat kemasa depan. Suatu bangsa akan
berpartisipasi dan di hargai, apabila ia sadar akan diri sendiri dan
tindakannya. Sebenaranya budaya kekerasan yang terjadi saat ini di berbagai
daerah di tanah air buak- lah dri maslah yang besar (big) akan tetapi
karena ikut-ikutan anak-anak muda dalma hal yang di gambarkan oleh masyarakat. Hal
ini akan tergambar dalam bangsa ini yang sedang mengalami perpecahan anak
bangsa yang notabenya adalah masyarakat awam yang perlu adanya advokasi yang
bersifat edukasi pada masyarakat.
Demokratisasi : prinsip demokrasi akan
tinggal hampa, kalu tidak di sertai dengan kehidupan demokrasi dalam
masyarakat, naik sipil maupun non sipil. Hal ini akan terwujud apabila terdapat
keadilan dalam segala bidang, dalam kehidupan ekonomi harus terjamin adanya
perataan pendapatan
Integrasi budaya :
kebudayaan merupakan esensi dalam ketahanan nasional. Ini berarti bahwa
kebudayaan adalah kekuatan yang mampu menyatukan seluruh bangsa dan mempertahankan eksistensinya (soerjanto
poespowardojo:1989). Hal ini jika budaya bangsa yang begitu luhur di muka dunia
mengalamai kemerosotan maka kebudayaan satu-satunya yang bisa menyatukan
masyarakat Indonesia adalah dengan membentuk sekolah budaya dari para sesepuh
bangsa. Agar budaya kekerasan bisa di minimalisir oleh masyarat sendiri.
Oleh: Amin
Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi
IAIN Sunan Ampel Surabaya
Oleh: Amin
Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi
IAIN Sunan Ampel Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar