Selasa, 15 Mei 2012

BERAGAMA DI DUNIA CYBER


MEREDUKSI AGAMA CYBER
Oleh : Amin Yusuf
Diskusi tentang agama, budaya, dan dunia cyber, di berbagai penjuru, dari kalangan ilmuan agama, ilmuan umum, dan para intelktual kampus juga ikut meramaikan perbincangan tentang tema dia atas. Bukan karena manarik pembahasan di atas, melainkan karena sudah menjadi bahan makanan dan sering di konsumsi setiap menit, jam  dan setiap waktu. kita jumpai dengan melalui dunia jaringan social, seperti facebook, twitter, dan lain sebagainya.
Lantas bagaimana ketika ini tema di atas di perbincangkan oleh berbagai kalangana para intelektual, muslim atau non muslim, yang saat ini tidak lagi ada bedanya untuk juga menyuarakan pendapatnya tentang keberagamaan di dunia cyber. Seperti apa ya budaya agama di dunia cyber itu ? ini adalah pertanyaan mendasar yang melekat di penulis untuk di ungkapkan. Pertama penulis akan mendefinisikan bagaimana sebenarnya agama dan budaya, sehingga nantinya bisa di temukan antara keduanya. Dan saling mengisi kekosongan perspektif di dalam agama.
Agama cyber
Mungkin yang melekat di dalam otak kita tentang agama adalah hal-hal yang menyangkut hubungan kita (manusia) dengan tuhannya, serperti ritualisasi agama, (sholat, zakat, dll), namun, dalam hal ini akan penulis bedakan antara agama yang biasa orang katakana, dengan agama yang terjadi dalam dunia social. Nampaknya bukan lagi kesulitan untuk menafsirkan apa yang di namankan dengan agama cyber. Sebenarnya penulis juga bingung bagaimana agama dunia cyber itu, kenapa ada agama cyber, bukankah tidak ada kerancuan dalah tafsir social terhadap realitas agama cyber. Lalu bagaimana sebernarnya yang terjadi, dan bagaiman proses agama di dunia cyber itu
Meski definisi agama cyber ini tidak ada referensi yang kokoh, namun penulis melukiskan apa yang menjadi pengelamana penulis. Pertama mungkin yang paling tepat kita sebuh dengan budaya agama, yaitu, bagaimana individu, atau masyarakat yang ada dalam jaringan social, seperti facebook, twitter, google, dan kawan-kawannya itu memberntuk kepribadian, intraksi antara sesame manusia melalui dunia itu. Ini melihat bahwa femone keagaam dalam dunia cyber sering penulis rasakan dan sering kita jumpai tidak sedikit masyarakat atau individu yang telah kenal dengan dunia ini seing menyatakan lafad tuhan, menyambung lidah, hati, dan aksinya kedalam dunia ini, sehingga dari pernyataan, dan komunikasi yang di bentuk oleh para penggunana dunai cyber itu, tidak sedikit dengan mengatakan lafal-lafal, dan kalimat relegius, atau istilah sederhananya , bahasa agama. Meski demikian bukan berarti expresi keagamaan yang mereka lafalkan dalam bentuk dunia yang berada di luar dirinya, atas dasar ketidak sadaran, akan tetapi mereka secara sadar benar-benar mengatakan hal tersebut. Inilah yang oleh penulis di sebut dengan agama cyber. Di mana individu atau kelompok berintraksi dan mengexpresikan dirinya ke dunia dengan gaya agama, dan aski yang seakan merujuk kepada komunikasinya manusia dengan tuhan, namun keagamaan yang serperti ini, tidak langsung di expresiak langsung dengan tuhan, seperti di biasa kita lakukan, sholat, zakat, dll. Melainkan dengan cara yang berbeda. Dengan demikian definisi agama cyber sederhananya adalah tidak sekedar hanyalah sebatas simbolik belaka, yang di lafakan oleh individu, kepada public. Di katakana simbolis, karena ini menyangkut masalah privatisasi agama, dari masing-masing individu di dunia cyber, dan tidak ada maksus lainnya. Ekpresi agama yang seperti itu merupakan konstruksi dari fikiran dan insting manusia yang biasanya dalam keadaan tidak sadar, atau istilah anak sekarang lagi galau.
Pengalaman yang seperti ini penulis rasakan sendiri. Ketika dalam keadaan tidak sadar, bahkan dalan keadaan termenung kata-kata yang bernuansa agama terkadang melambung dan menjadi sebuah pernyataan di dunia cyber dengan menupdate status di di facebook, dan twitter. Inilah yang mendasari agama cyber tercipta dalam fikiran manusia. Ayat-ayat agama yang ada di dunia cyber, kadang tidak semurni apa yang mereka/ manusia katakana di dunia nyata (bumi), alas an yang kondkrit adalah bebepa waktu lalu penulis mendengat pernyataan dari facebooker (pengila facebook) mengatakan “apa yang saya katakana tidak sesuai apa yang saya perbuat” sesungguhnya yang ada di dunia ini (bumi) itu hanya sekedar pelampiasan ke gundahan saya, ketika tidak ada kata-kata yang aku tampilkan. Sebab saat ini dunai modern terus berunjuk gigi untuk selalu bertarung dengan agama. Dulu atau bahkan sekarang pernyataan agama yang bersifat rahasia tuhan,dan tidak bisa di tentukan akal manusia, saat ini sudah tidak ada lagi hal semacam itu. Sekarang apa yang tidak bisa di prediksi oleh kecanggihan teknoligi dan informasi, dulunya orang tidak bisa mengetahui aktivitas orang di luaar dirinya, tapi saat ini untuk mengetahuinya cukup dengan genggaman tangan, begitupun dengan rahasia tuhan. Dalam kitab agama (Qur’an) bahwa kiamat itu tidak ada yang tau itu rahasia tuhan, tapi saat ini dengan kecanggihan teknologinya sudah bisa di prediksi kapan kiamat itu terjadi, meski prediksi nya kadang tidak tepat.
Lantas bagaimana dengan agama di luar itu, apakah sama antara beragama di cyber, dan beragama di dunia nyata ini.  Pertama penulis akan mengklasifikasikan agama dalam naungan ilmu social terutama Sosiologi. Agama bukan lah sekedar apa yang sering kita lakukan setiap hari, agama adalah aktivitas masyarakat (manusia) dalam upaya mencintai tuhanya. relasi manusia dengan tuahnya (hablum minallah) yang di sebut dengan penghambaan, atau pengisaan manusia pada sang pencipta, (tauhidullah), dan relasi manusia dengan manusia, yang disebut dengan intraksi individu dengan lainya sehingga tercermin rasa kebersamaan dalam upaya melakukan sesuatu termasuk untuk berintraksi dengan sanga pencipta.  Semunay tercermin dalam sebuah prilaku yang dinamis, sehingga tidak bisa terlepas dari ruang dan waktu untuk tetap menikmati kehidupannya dengan yang lainya. Mungkin perspektif agama yang seperti ini terlalu mudah dan tidak bisa di terima di masyarakat namun, yang terjadi bukanlah maslah di terima, atau tidaknya sebuah pandangan yang seperti ini’ namun lebih dari itu agama tidak lagi menjadi barang yang pasti ketika kehidupan ini di pesatkan dengan dunia yang seakan menjadi sebuah kebutuhan seseorang untuk memilihnya. Menurut Clifford Geertz,  bahwa agama tidak lebih dari sitem budaya dengan merujuk kepada pemahaman manusia atas wahtu agama, dan aktualisasi nilai-nilai ajaran agama.
Berdealektika dengan agama bumi
Siapa saat ini yang tidak kenal dengan yang namanya dunai IT, seperti hp, laptop, Ipad, android, yang di dalamnya berisi tentang informasi apapun yang kita inginkan. Manusia saat ini tidak lagi susah untuk mengenggam dunia, untuk tau tentang bagaimana kehidupan di luar sana, semuannya sudah di miliki oleh manusia saat ini. Untuk bisa tau dunia cukup dengan genggaman tangannya tinggal pencet, tombol kanan kiri, dan mengotak atik internet semuanya  sudah ada di genggaman tangannya. Hebatnya dunia teknologi bukan sekedar informasi, hiburan, atau apalah yang sering dikatakan orang lain. Lebih dari itu dunia cyber lebih keji dari pada setan, karena gara-gara satu dengan lainnya bergabung dengan satu komunitas di facebook saling mencolek istri orang lain, malah menjadi petaka bagi keduanya. Ini di sadari atau tidak sudah banyak terbukti di di berbagai penjuru dunia. Seperti penculikan manusia, lewat twitter facebook, bahkan kameren 12/5/12 seorang wanita yang menjabat sebagai pilot maskapai penerbangan di rusia gara-gara mengijek kapal sukhoi super jett 100 asal rusia yang jatuh di Indonesia, wanita tersebut di pecat dari pekerjaannya gara-gara update status yan melecehkan di sebuah akun twitternya. Inilah sebuah tanda begitu hebatnya dunai yang saat ini ada di gennggaman tangan kita..Lantas bagaimana dengan agama yang ayat-ayat agama sering dan setiap detik bermunculan di berbagai situs di internet.
Kecanggihan dunai saat ini yang di tandai dengan meraknya dunia teknologi, bukan lagi menjadi tontonan yang mangasikkan buat generasi bangsa, akan tetapi, sudah mejadi barang yang tidak asing lagi di muka bumi. Dalam hal ini maka peran agama secara garis besar harus berada dalam situasi yang terdepan untuk melihat dan memperhatikan gejala yang terjadi pada tatanan social keagamaan. Karena pada umumnya agama saat ini malah menjadi pengikut setia kepada arah perkembangan. Sunnguh agama saat ini tidak lagi bisa tampil terdepan untuk melihat gejala social secara kongkrit, agama hanya hadir dalam bingkai kehidupan social yang beriringan dengan kehidupan manusia. Jika agama tidak mensikapai terhadap arus modernitas dengan sunggug-sungguh, maka kata Prof. Syahrin peranan agama sebagai jalan keselamatan dunia dan akhirat akan mengalami kemacetan (Syahrin:2011). Apalagi dunai modernisasi saat ini di tandai dengan semangkin berkembangannya duni teknologi informasi, seperti hp, laptop, dunia jarinngan social, (facebook, twitter, google, yahoo. dll) yang jelas ini merupakan sebuh kenyataan yang tidak bisa di hindari, maka peran agama saat ini tidak bisa tunggal, melainkan peran agama saat ini adalah berpean ganda, bukan lagi meihat orang tidak sholat, tidak puasa, zakat, lebih dari itu agama menjadi pusat atau central terhadap perkembangan zaman, dengan demekian agama akan tetap Berjaya sampai nanti di kemudian hari. Dan agama cyber dan agama realitas (bumi) bisa besaksi atas keberagaan manusia sehingga keduanya saling mewarnai terhadap kehidupan modern ini.

Wallahu Ya’lamu





Penulis Adalah Mahasiswa Sosiologi IAIN Sunan Ampel
 Surabaya Pennggiat Kajian Social dan Keagamaan
Di Forum Unit Kegiatan Pengembangan Intelektual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sample text

Social Icons

Powered By Blogger

Ads 468x60px

Social Icons

Featured Posts