MEREDUKSI AGAMA CYBER
Oleh : Amin
Yusuf
Diskusi tentang
agama, budaya, dan dunia cyber, di berbagai penjuru, dari kalangan ilmuan
agama, ilmuan umum, dan para intelktual kampus juga ikut meramaikan
perbincangan tentang tema dia atas. Bukan karena manarik pembahasan di atas,
melainkan karena sudah menjadi bahan makanan dan sering di konsumsi setiap menit, jam
dan setiap waktu. kita jumpai dengan melalui dunia jaringan social, seperti facebook, twitter,
dan lain sebagainya.
Lantas bagaimana
ketika ini tema di atas di perbincangkan oleh berbagai kalangana para
intelektual, muslim atau non muslim, yang saat ini tidak lagi ada bedanya untuk
juga menyuarakan pendapatnya tentang keberagamaan di dunia cyber. Seperti apa
ya budaya agama di dunia cyber itu ? ini adalah pertanyaan mendasar yang
melekat di penulis untuk di ungkapkan. Pertama penulis akan mendefinisikan
bagaimana sebenarnya agama dan budaya, sehingga nantinya bisa di temukan antara
keduanya. Dan saling mengisi kekosongan perspektif di dalam agama.
Agama cyber
Mungkin yang
melekat di dalam otak kita tentang agama adalah hal-hal yang menyangkut
hubungan kita (manusia) dengan tuhannya, serperti ritualisasi agama, (sholat,
zakat, dll), namun, dalam hal ini akan penulis bedakan antara agama yang biasa
orang katakana, dengan agama yang terjadi dalam dunia social. Nampaknya bukan
lagi kesulitan untuk menafsirkan apa yang di namankan dengan agama cyber.
Sebenarnya penulis juga bingung bagaimana agama dunia cyber itu, kenapa ada
agama cyber, bukankah tidak ada kerancuan dalah tafsir social terhadap realitas
agama cyber. Lalu bagaimana sebernarnya yang terjadi, dan bagaiman proses agama
di dunia cyber itu
Meski definisi
agama cyber ini tidak ada referensi yang kokoh, namun penulis melukiskan apa
yang menjadi pengelamana penulis. Pertama mungkin yang paling tepat kita sebuh
dengan budaya agama, yaitu, bagaimana individu, atau masyarakat yang ada dalam
jaringan social, seperti facebook, twitter, google, dan kawan-kawannya itu
memberntuk kepribadian, intraksi antara sesame manusia melalui dunia itu. Ini
melihat bahwa femone keagaam dalam dunia cyber sering penulis rasakan dan
sering kita jumpai tidak sedikit masyarakat atau individu yang telah kenal
dengan dunia ini seing menyatakan lafad tuhan, menyambung lidah, hati, dan
aksinya kedalam dunia ini, sehingga dari pernyataan, dan komunikasi yang di
bentuk oleh para penggunana dunai cyber itu, tidak sedikit dengan mengatakan
lafal-lafal, dan kalimat relegius, atau istilah sederhananya , bahasa agama.
Meski demikian bukan berarti expresi keagamaan yang mereka lafalkan dalam
bentuk dunia yang berada di luar dirinya, atas dasar ketidak sadaran, akan
tetapi mereka secara sadar benar-benar mengatakan hal tersebut. Inilah yang
oleh penulis di sebut dengan agama cyber. Di mana individu atau kelompok
berintraksi dan mengexpresikan dirinya ke dunia dengan gaya agama, dan aski
yang seakan merujuk kepada komunikasinya manusia dengan tuhan, namun keagamaan
yang serperti ini, tidak langsung di expresiak langsung dengan tuhan, seperti
di biasa kita lakukan, sholat, zakat, dll. Melainkan dengan cara yang berbeda.
Dengan demikian definisi agama cyber sederhananya adalah tidak sekedar hanyalah
sebatas simbolik belaka, yang di lafakan oleh individu, kepada public. Di
katakana simbolis, karena ini menyangkut masalah privatisasi agama, dari
masing-masing individu di dunia cyber, dan tidak ada maksus lainnya. Ekpresi
agama yang seperti itu merupakan konstruksi dari fikiran dan insting manusia
yang biasanya dalam keadaan tidak sadar, atau istilah anak sekarang lagi galau.
Pengalaman yang
seperti ini penulis rasakan sendiri. Ketika dalam keadaan tidak sadar, bahkan
dalan keadaan termenung kata-kata yang bernuansa agama terkadang melambung dan
menjadi sebuah pernyataan di dunia cyber dengan menupdate status di di facebook,
dan twitter. Inilah yang mendasari agama cyber tercipta dalam fikiran manusia.
Ayat-ayat agama yang ada di dunia cyber, kadang tidak semurni apa yang mereka/
manusia katakana di dunia nyata (bumi), alas an yang kondkrit adalah bebepa
waktu lalu penulis mendengat pernyataan dari facebooker (pengila facebook)
mengatakan “apa yang saya katakana tidak sesuai apa yang saya perbuat”
sesungguhnya yang ada di dunia ini (bumi) itu hanya sekedar pelampiasan ke
gundahan saya, ketika tidak ada kata-kata yang aku tampilkan. Sebab saat ini
dunai modern terus berunjuk gigi untuk selalu bertarung dengan agama. Dulu atau
bahkan sekarang pernyataan agama yang bersifat rahasia tuhan,dan tidak bisa di
tentukan akal manusia, saat ini sudah tidak ada lagi hal semacam itu. Sekarang
apa yang tidak bisa di prediksi oleh kecanggihan teknoligi dan informasi,
dulunya orang tidak bisa mengetahui aktivitas orang di luaar dirinya, tapi saat
ini untuk mengetahuinya cukup dengan genggaman tangan, begitupun dengan rahasia
tuhan. Dalam kitab agama (Qur’an) bahwa kiamat itu tidak ada yang tau itu
rahasia tuhan, tapi saat ini dengan kecanggihan teknologinya sudah bisa di
prediksi kapan kiamat itu terjadi, meski prediksi nya kadang tidak tepat.
Lantas bagaimana
dengan agama di luar itu, apakah sama antara beragama di cyber, dan beragama di
dunia nyata ini. Pertama penulis akan
mengklasifikasikan agama dalam naungan ilmu social terutama Sosiologi. Agama
bukan lah sekedar apa yang sering kita lakukan setiap hari, agama adalah
aktivitas masyarakat (manusia) dalam upaya mencintai tuhanya. relasi manusia
dengan tuahnya (hablum minallah) yang di sebut dengan penghambaan, atau
pengisaan manusia pada sang pencipta, (tauhidullah), dan relasi manusia dengan
manusia, yang disebut dengan intraksi individu dengan lainya sehingga tercermin
rasa kebersamaan dalam upaya melakukan sesuatu termasuk untuk berintraksi
dengan sanga pencipta. Semunay tercermin
dalam sebuah prilaku yang dinamis, sehingga tidak bisa terlepas dari ruang dan
waktu untuk tetap menikmati kehidupannya dengan yang lainya. Mungkin perspektif
agama yang seperti ini terlalu mudah dan tidak bisa di terima di masyarakat
namun, yang terjadi bukanlah maslah di terima, atau tidaknya sebuah pandangan
yang seperti ini’ namun lebih dari itu agama tidak lagi menjadi barang yang
pasti ketika kehidupan ini di pesatkan dengan dunia yang seakan menjadi sebuah
kebutuhan seseorang untuk memilihnya. Menurut Clifford Geertz, bahwa agama tidak lebih dari sitem budaya
dengan merujuk kepada pemahaman manusia atas wahtu agama, dan aktualisasi
nilai-nilai ajaran agama.
Berdealektika dengan agama bumi
Siapa saat ini
yang tidak kenal dengan yang namanya dunai IT, seperti hp, laptop, Ipad,
android, yang di dalamnya berisi tentang informasi apapun yang kita inginkan.
Manusia saat ini tidak lagi susah untuk mengenggam dunia, untuk tau tentang
bagaimana kehidupan di luar sana, semuannya sudah di miliki oleh manusia saat
ini. Untuk bisa tau dunia cukup dengan genggaman tangannya tinggal pencet,
tombol kanan kiri, dan mengotak atik internet semuanya sudah ada di genggaman tangannya. Hebatnya
dunia teknologi bukan sekedar informasi, hiburan, atau apalah yang sering
dikatakan orang lain. Lebih dari itu dunia cyber lebih keji dari pada setan,
karena gara-gara satu dengan lainnya bergabung dengan satu komunitas di
facebook saling mencolek istri orang lain, malah menjadi petaka bagi keduanya.
Ini di sadari atau tidak sudah banyak terbukti di di berbagai penjuru dunia.
Seperti penculikan manusia, lewat twitter facebook, bahkan kameren 12/5/12
seorang wanita yang menjabat sebagai pilot maskapai penerbangan di rusia
gara-gara mengijek kapal sukhoi super jett 100 asal rusia yang jatuh di
Indonesia, wanita tersebut di pecat dari pekerjaannya gara-gara update status
yan melecehkan di sebuah akun twitternya. Inilah sebuah tanda begitu hebatnya
dunai yang saat ini ada di gennggaman tangan kita..Lantas bagaimana dengan
agama yang ayat-ayat agama sering dan setiap detik bermunculan di berbagai
situs di internet.
Kecanggihan
dunai saat ini yang di tandai dengan meraknya dunia teknologi, bukan lagi
menjadi tontonan yang mangasikkan buat generasi bangsa, akan tetapi, sudah
mejadi barang yang tidak asing lagi di muka bumi. Dalam hal ini maka peran
agama secara garis besar harus berada dalam situasi yang terdepan untuk melihat
dan memperhatikan gejala yang terjadi pada tatanan social keagamaan. Karena
pada umumnya agama saat ini malah menjadi pengikut setia kepada arah
perkembangan. Sunnguh agama saat ini tidak lagi bisa tampil terdepan untuk melihat
gejala social secara kongkrit, agama hanya hadir dalam bingkai kehidupan social
yang beriringan dengan kehidupan manusia. Jika agama tidak mensikapai terhadap
arus modernitas dengan sunggug-sungguh, maka kata Prof. Syahrin peranan agama
sebagai jalan keselamatan dunia dan akhirat akan mengalami kemacetan (Syahrin:2011).
Apalagi dunai modernisasi saat ini di tandai dengan semangkin berkembangannya
duni teknologi informasi, seperti hp, laptop, dunia jarinngan social,
(facebook, twitter, google, yahoo. dll) yang jelas ini merupakan sebuh
kenyataan yang tidak bisa di hindari, maka peran agama saat ini tidak bisa
tunggal, melainkan peran agama saat ini adalah berpean ganda, bukan lagi meihat
orang tidak sholat, tidak puasa, zakat, lebih dari itu agama menjadi pusat atau
central terhadap perkembangan zaman, dengan demekian agama akan tetap Berjaya
sampai nanti di kemudian hari. Dan agama cyber dan agama realitas (bumi) bisa
besaksi atas keberagaan manusia sehingga keduanya saling mewarnai terhadap
kehidupan modern ini.
Wallahu Ya’lamu
Penulis Adalah
Mahasiswa Sosiologi IAIN Sunan Ampel
Surabaya Pennggiat Kajian Social dan Keagamaan
Di Forum Unit Kegiatan
Pengembangan Intelektual
Tidak ada komentar:
Posting Komentar