Rabu, 28 Desember 2011

SOSIOLOGI KELUARGA

Bila kita berbicara tentang keluarga biasanya kita berfikir tentang suami istri, mereka dan kadang-kadang sanak saudara lain. Karena keluarga ini di dasarkan pada pertalian perkawinan
atau kehidupan suami istri maka di sebut keluarga suami istri (conjugal family) namun pada saat ini lebih sering di acu pada keluarga batih (nuclear family). Keluarg hubngan sedarah adalah suatu klan luas dari saudara-saudara sedarah dengan pasangan dengan anak-anak mereka. Istilah keluarga luas (extended family[1]).
 (Wiiliam: 2007 ) Istilah bentuk keluarga oleh di artikan dengan bentuk-bentuk rumah tangga. Pengertian tentang bentuk rumah tangga mempunyai banyak pengertian bagi intraksi keluarga. Ia membantu mempengaruhi, misalnya kesempatan berkurang atau bertambah eratnya hubungan sosial antara anggota-anggota kelompok, sanak saudara, tambahan pola struktur mempertegas proses tekanan dan penyesuian diri di antara sanak.
Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Dimasyrakat manapun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu, dan keluarga tergolong kedalam kelompok-kelompok primer, selain karena para anggotanya saling mengadakan kontak langsung juga karena ada keintiman dari para anngotanya.
Pengertian emosional keluarga sangat mendalam hampir semua anggota masyarakat telah di opservasi sepanjang sejarah peradaban umat manusia. Para ahli filsafat telah melihar bahwa masyrakat adalah strurur yang terdiri dari keluarga.[2]. keluarga itu terdiri dari pribadi tetapi merupakan bagian dari jaringan social yang lebih besar. Keluarga adalah unit kecil yang terdiri atas kepala  keluarga  dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI 1998).
Macam-macam bentuk keluarga atau bentuk-bentuk rumah tangga amtara lain sebagai berikut :
1.        Kinship
Pertalian sanak saudara (kinship) mengarah pada pertalian  orang-orang yang cukup luas yang satu sama lain di hubungkan oleh nenek moyang yang sama, oleh perkawinan. Melalui sistem sanak saudara  ini kita dapat mengatur dan mengenali hubungan-hubungan yang ada dalam keluarga.
Contoh masyrakat amerika telah menunjukan tipe keluarga inti yang cukup kuat, kelompok sanak-sanak saudara yang besar menjadi kurang di anngap penting. Kita cendrung untuk bertemu dengan saudara-saudara “jauh” hanya pada pristiwa-pristiwa tertentu seperti liburan atau perayaan[3].
2.        Nuclear Family
Keluarga inti adalah terjemahan dari bahas inggris (nuclear family) Istilah ini merupakan bentuk-bentuk suatu keluarga yaitu keluarga inti yang terdiri dari: ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetetapkan oleh sangsi-sangsi legal dalam satu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di laur rumah. Rumah tangga itu dapat besar oleh populasi pergenerasi maupun secara menyisi(literally) dengan menambahkan keluarga-keluarga inti lainnya[4]
Sesungguhnya jangan kita mengartikan bahwa keluarga inti merupakan jumlahnya yang kecil atau sedikit, sedangkan keluarga besar atau luas keluarga yang jumlahnya luas atau banyak. Seperti yang di sebutkan oleh Mayor Polak: maka dari itu janganlah keluarga inti atau keluarga kecil disamakan dengan keluarga kecil yang sedikit anak-anaknya[5].
 Apabila kita meyatakan keluarga kecil adalah keluarga yang jumlah anak-anaknya tidak harus kecil atau sedikit, berarti kita dapat menyatakan bahwa keluarga besar bukanlah banyak anaknya atau besar jumlahnya. Keluarga inti dapat kita definisikan dengan keluarga atau kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum kawin[6]. Dengan adanya suatu perkawinan baru, maka anak yang kawin memisahkan diri dari orang tuanya atau keluarga intinya.
Keluarga ini (batih/nuclear) merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang mempunyai funsi-fungsi tertentu. Keluarga batih lazimnya terdiri dari suami/ayah, istri/ibu, dan anak-anak yang belum menikah. Di indonesia terutama di kota-kota pengaruh keluarga batih terhadap anak besar sekali, sedangkan di wilayah pedesaan biasanya kelompok kekerabatan yang berpengaruh. Walaupun demikian, pengaruh kelompok kekerabatan di wilayah pedesaan biasanya juga berlangsung lewat keluarga batih (nuclear family).
Pada masyarakat juga di pengaruhi siapa oleh siapa yang termasuk dalam rumah tangga atau keluarga. Seorang ibu mertua dapat terus mengawasi proses  sosialisasi menantu prempuannya yang masi muda
Keluraga batih merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang mempunyai fungsi-fungsi pokok, sebagai berikut:
1.        Sebagai wadah berlangsing sosialisasi primer. Yakni dimana anak-anak di didik untuk memahami dan menganuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
2.        Sebagai unit yang mengatur hubungan seksual yang seyogia.
3.        Sebagai unit sosial-ekonomis yang membentuk dasar kehidupan sosial ekonomis bagi anak-anak
4.        Sebagai wadah tempat berlindung, supaya kehidupan berlangsung secara tertib dan tentram, sehingga manusia hidup dalam kedamaian.[7]
Keluarag batih (nuclear family) mempunyai pengaruh besar terhadap anak ayng boleh di katakan masih  sangat tergantung pada keluarga batih tersebut. Pada remaja keadaanya sudah berubah . dalam mencari identitasnya, maka para remaja sudah bergerak di liar lingkungan keluarga batih. Mereka cendrung lebih dekat dengan teman-teman “senasib” yang biasanya di sebut kawan-kawan sepermainan .
3.        Extended Family :
Sedangakan istilah ini adalah sebutan keluarga inti yang di perluas secara lepas di gunakan bagi system di mana masyarakatnya mengiginkan  bahwa beberapa generasi  itu hidup di bawah satu atap. Istilah di perluas jarang di terapkan terhadap keluarga “pangkal” yang banyak terdapat di eropa zaman feudal dan sesudahnya dan beberapa di antara kelompok  petani emigrasi AS.  
Keluarga besar (extended family) terdiri dari 2-3 keturunan mulai garis ibu atau ayah dari keluarga pertama yang biasanya menempati rumah gadang terdiri dari beberapa rumah atau bilalmana di kota besar seperti jakarta  tersebar diseluruh kota di rumah-rumahnya sendiri[8].
Keluarga besar (extende family) didasarkan pada hubungan darah dari sejumlah besar orang, yang meliputi orang tua, anak, kakek, nenek, paman, bibi, kemenakan, dan seterusnya. Unit keluarga ini sering di sebut sebagai “conguine family” (berdasarkan pertalian darah[9]).
Keluarga luas seperti di atas telah di sebutkan  yang merupakan keluarga inti di tambah dengan anggota-anggota keluarga lainnya, atau keluarga yang lebih dari satu generasi. Dalam keluarga jawa akan dapat kita lihat adanya keluarga luas dengan mengunakan istilah kekerabatan baik ke atas maupun kebawah.[10]
Contoh keluarga besar di anggap sebagai bentuk keluarga yang paling penting dalam masyarakat agraris, dimana kemampuan mencukupi kebutuhannya sendiri (self suffiency) penting bagi kelestarian kehidupan dan dimana kehidupan-kehidupan ekonomi, sosial dan emosional dapat di penuhi oleh kelompo sanak pamili yang cukup besar.
Kita tidak dapat menentukan apakah keluarga besar adalah dari kalngan keluarga inti, atau sebaliknya terjadi hukum kontradiksi seperti yang di kemukakan oleh Emil Durkhem, jadi kita tidak dapat menganggap bahwa bentuk yang satu dari yang lain, karena kadang-kadang bagaimana tipe terdapat berdampingan seperti suku, keluarga keturunan, keluarga luas, dan keluarga inti. Jadi berbagai jenis kekompok ini dapat muncul dan menghilang sesuai dengan kondisi.
4.        Monogami family
Bagi orang amerika yang etnosentris  secara sehat, hanya ada satu bentuk perkawinan yang pantas dan beradab, yakni monogami satu pria dan satu wanita[11]. Monogami adalah perkawina antara seorang laki-laki dan perempuan yang secara praktis teradapat dalam semua masyarakat-apakah itu primitif, setengah moderen  atau moderen mempunyai bentuk perkawinan seperti ini. Monogami adalah bentuk perkawinan yang di akui oleh seluruh dunia. Bentuk ini di kenal oleh umum dan dapat di temukan dalam setiap masyrakat walaupun juga bentuk lainnya di izinkan. Dikalangan suku bangsa kristen perkawinan ini di haruskan, bagi suku-suku selain kristen pun juga menyukai perkawinan seperti ini, karena lebih mudah melestarkan pertanggung jawaban terhadap pemeliharaan anak-anaknya[12].
5.        Poligami family
Poligami dapat di klasifiksikan dalam perkawinan jamak tunggal, poligami ada beberapa tipe di antaranya adalah sebagai berikut. Lebih jauh Muhamad Abduh menyatakan, poligami adalah penyimpangan dari relasi perkawinan yang wajar dan hanya dibenarkan secara syar'i dalam keadaan darurat sosial, seperti perang, dengan syarat tidak menimbulkan kerusakan dan kezaliman[13]
Poigini : brbicara tntang poligini pasti memancing tanggapan etnosentris dari kbanyakan orang amierika. Mereka akan menuduh merendahkan martabat kaum wanita.
Poligami adalah perkawinan antara seorang laki-laki dan dengan lebih dari satu wanita. Mayoritas pada masyarakat timur dan masyrakat kuno, poligini tidah hanya di izinkan tapi juga menjadi pola-pola perkawinan yang di akui lewat kkayaan dan kekuasaan. Dimana secara sosial hal ini di akui dan punnya status sosial yang lebih tinggi[14].
Hal-hal yang menyebabkan poligini antara lain adalah
·         Karena faktor kebudayaan, perang misalnya ketidakseimbangan antara laki-laki dan perempuan sehingga memungkinkan adanya poligini.
·         Lingkungan sosial, seperti penyakit yang memperkecil jumlah kaum laki-laki
·         Ingin mendapatkan keturunan karena istri yang pertama tidak dapat memberi keturunan, poligini banyak dilakukan oleh bangsa-bangsa afrika.
Poliandari : adalah jenis perkawinan antara seorang wanita dengan dua orang laki-laki atau lebih. Prkawinan poliandari relatif lebih jarang daripada poligini. Dan masyarakat menganggap hal ini mrupakan hal yang luar biasa, dan merupakan bnntuk perkawinan yang tidak di akui.
Salah satu contoh dalam kasusu perkawinan yang seperti ini terdapat pada suku Toda di india bagian selatan. Dalam masyarakat ini seperti dalam sebagaian besar yang lain, poliandari adalah bersifat fraternal (terbatas pada saudara-saudara sekandung) artinya bila seorang wanita kawin dengan seorang pria maka secara otomatis si wanita menjadi istri dari semuanya saudara suaminya. Mereka semua hidup dalam satu keluarga tanpa rasa cemburu akan percecokan[15]. Praktek poliandari dapat menunjukan kepada kita bagaimana suatu praktek yang bagi kita tanpak brlawanan dengan kodrat manusia masih dapat menjadi pola yang di terima dan di sukai bagi orang-orang yang di sosialisasikan untuk mengharapkannya.

[1] Paul, Chester, Sosiologi,Erlangga, Jakarta, hal.268. Alih Bahasa, Aminuddin Ram, Tita Sobari
[2] Goode. J. Williem, Sosiologi Keluarga, Bumi Aksara, 1991, jakarta, hal. 2
[3] Bruch c. Cohn, Sosiologi Suatu Pengantar, Rineka Cipta 1992, Jakarta,hal.175
[4] Ibid, hal.90
[5] Mayor Polak, op. Cit, hal.339
[6] Khairuddin, Sosiologi Keluarga, Liberty,2002, Yogyakarta, hal. 19
[7] Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal. 85
[8] Hasan Sadili. Sosiologi Untuk Masyarakta Indonesia,Rineka Cipta, 1993, jakarta, hal.77
[9] Bruch c. Cohn, Sosiologi Suatu Pengantar, Rineka Cipta 1992, Jakarta,hal. 174
[10] Khairuddin, op. Cit, hal. 19
[11] Paul, Chester, Sosiologi,Erlangga, Jakarta, hal.272. Alih Bahasa, Aminuddin Ram, Tita Sobari
[12] Dwi, Narwoko, Sosiologi Tex Pengantar Dan Terapan,Kencana 2007, Jakarta, hal. 230
[13] Muhamad Abduh,Tafsir Al-Manar, juz 4, Kairo, Mesir, hal. 287
[14] Khairuddin, op. Cit, hal.23
[15] Paul, Chester. Op.cit. hal.272-273

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sample text

Social Icons

Powered By Blogger

Ads 468x60px

Social Icons

Featured Posts