Rabu, 28 Desember 2011

MASALAH EKONOMI INDONESIA


Di antara tanda-tanda menurunnya system perekonomian rakyat adalah di sebabkan oleh adanya krisis global yang selalu menghantuinya. Pasang surut system perekonomian dalam lapisan masyarakat merupakan penomina alam semesta. Indonesia yang pada saat ini mengalami system perekonomian yang secara drastis bisa dikatakan turun, berbagai macam persoalan, konflik, dan sebagainya yang dialami oleh seluruh umat  Indonesia tidaklah lepas dari ekonomi.
Ekonomi yang menjadi sorotan utama public di Negara Indonesia, saat ini masih terancam dengan berbagai macam masalah mulai dari kasus KPK, yang terlibat didalamnya penguasa-penguasa indonesia dan kawan-kawanya, samapai sekarang belum tuntas, di susul lagi kasus sekandal bank century, yang menghilangkan 6,7 terliunan rupiah, juga sampai skarang belum ada endingnya, ada apakah dengan mereka-mereka. Susuai dengan tema di atas yaitu  hancurnya perekonomian umat islam di Indonesia, telah mengilhami kami untuk memberi motivasi menulis artikel ini.
                              Indonesia yang multi agama yang mayoritas penduduknya 85 % adalah orang islam, berabad-abad umat silam tidak pernah mengalami system perekonomian yang menurun seperti sekarang ini, sejarah telah membuktikan bahwa pada abad ke 18 umat sialam mengalami kejayaan, menjadi Negara yang adikuasa, system perekonomian lancar, rakyat makmur, Negara damai. Lagi-lagi sekarang umat islam khusunya di Indonesia di kabarkan system perekonomian yang runtuh.
                              Bergamabar pada tex di atas umat islam yang memimpin Indonesia pada saat ini di isuhkan dengan system perekonomian libral yang berkaca pada Negara-negara barat. Pada saat umat islam merasa dirinya unggul, ternyata mereka mengalami kegagalan besar dalam bidang perdagangan dan perindus-trian. Harta kekayaan mereka hancur sejak republik ini di proklamirkan, dan baru dapat dibangun kembali sekitar 50 tahun terakhir ini. Ini semua disebabkan oleh faktor sejarah. Penyebab kehancuran ekonomi ini mempunyai akar sejarah yang panjang, yaitu persaingan mereka (islam Indonesia) dengan Cina.
                              Sejak abad 19 umat islam Indonesia bergerak dibidang perdagangan kecil-kecilan, dan memproduksi barang-barang sederhana serta melakukan pemberian kredit pada para petani. Namun usaha mereka ini menghadapi persaingan berat dari pengusaha-penguasaha Cina yang lebih kuat dan lebih mampu.
Organisasi politik yang pertama kali didirikan oleh umat Islam adalah Sarikat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1909, kemudian berubah menjadi Syarikat Islam pada tahun 1912. Salah satu tujuan organisasi ini adalah menghadapi persaingan dengan Cina. Pada tahun-tahun pertama berdiri Republik Indonesia, program pemerintah berkisar pada upaya pemerintah memperkuat posisi pribumi menghadapi Cina. Tetapi keadaan ekonomi secara umum, utamanya kenaikan-kenaikan harga menyebabkan tidak berhasilnya upaya pertumbuhan ekonomi. Politik yang paling populer yaitu politik Benteng (1950-1958), yang bertujuan memberikan kemudahan-kemudahan kepada importir pribumi mendapatkan berbagai fasilitas, selama badan-badan usaha pribumi tersebut tidak terdapat saham Cina didalamnya.
Namun dengan cepat program ini diseleweng-kan. Partai-partai politik yang mempunyai pengaruh besar di tubuh pemerintah mengeluarkan lisensi kepada kolega-kolega dekatnya lalu menjual lisensi itu pada orang lain. Pada saat politik Benteng ini diha-puskan tahun 1958 tidak satupun industri dan perusahaan-perusahaan pribumi yang lebih baik keadaannya dari semula. Di bawah demokrasi terpimpin yang menjadikan negara sebagai kendali ekonomi ternyata tidak mampu membangkitkan semangat umat islam Indonesia, mereka untuk menjadi tuan di negerinya sendiri di bidang perekonomian. 
Dengan lahirnya Orba, para politikus yang menentang sistem ekonomi di bawah pemerintahan demokrasi terpimpin, yang umumnya mereka adalah orang-orang Masyumi, menginginkan perubahan dari ekonomi yang dikendalikan oleh negara kearah ekonomi bebas. Hal ini hanya terjadi dalam hal-hal tertentu dan pada saat bersamaan, Indonesia mem-buka pintu selebar-lebarnya bagi penanaman modal asing, di samping mempergunakan bantuan-bantuan asing untuk mengimpor barang-ba-rang konsumtif. Banyak jenderal dan tentara yang memegang posisi di dalam pemerintahan, berkolusi dengan tokoh-tokoh pengusaha Cina. Kolusi ini berlangsung pada masa berlakunya pemerintahan demokrasi terpimpin. Mereka melakukan semua ini untuk memperoleh sumber-sumber pendapatan negara disamping untuk kepentingan pribadi.
Perusahaan-perusahaan pribumi mengalami pukulan hebat, sehingga tidak sanggup lagi bersaing dengan barang-barang konsumtif import yang begitu tinggi. Lebih-lebih kurangnya fasilitas dan akses ke bank-bank pemerintah. Gerakan oposisi yang ditampilkan kelompok maha-siswa dan kaum terpelajar pada tahun 1973 dan 1974 adalah pencermi-nan dari kegagalan yang sejak semula diharap-harap oleh tokoh-tokoh nasionalis. Salah seorang tokoh Masyumi, Syafruddin Prawiranegara, mantan Mentri Keuangan dan Gubernur Bank Central adalah salah seorang tokoh yang menonjol dalam memberikan kritik terhadap kebija-kan ekonomi pemerintah pada awal dasawarsa 1970-an, tetapi peme-rintah Soeharto menjawab kritikan tersebut dengan mengadakan revolusi politik yang kemudian menghasilkan gerakan oposisi pada tahun 1974, yang bertujuan melindungi kepentingan tokoh-tokoh aktivis nasionalis. Kemudian terbukti di belakang hari, bahwa orang-orang yang menuai hasil dari gerakan ini hanyalah mereka yang dekat dengan militer dan tokoh-tokohnya.
Di bawah orde baru terdapat sejumlah kecil keluarga yang mempe-roleh peluang besar di dalam mengemudikan rencana bisnisnya, seperti memiliki saham-saham pada beberapa perusahaan penanaman modal, baik di dalam maupun di luar negeri. Disisi lain mereka melakukan kolusi dengan tokoh-tokoh pengusaha Cina dalam pengembangan perekonomi-an. Contoh yang paling jelas merajalelanya kapitalisme di zaman orde baru, adalah keluarga Soeharto sendiri. Kenyataan ini sama sekali tidak mendekatkan jurang pemisah antara kelas menengah kaum muslimin dan golongan buruh kecil yang merasa dirinya jauh dari kegemerlapan ekonomi. Yang dapat menikmati kemajuan ekonomi hanyalah kalangan keluarga pembesar Indonesia dan konglomerat Cina. Ekonomi di zaman orde baru perkembangannya tidak terlepas dari akar sejarah lama, segolongan kaum militer mengambil harta kekayaan dari tauke-tauke besar seperti Liem Swi liong dan Bob Hasan, dua orang sahabat dekat Soeharto, dengan cara tidak langsung berhubungan dengan Soeharto dan anggota keluarga lainnya.


Tiada kemulyaan yang di capai dengan menjadi lebih baik
Dari orang lain. Kemuliaan yang sesungguhnya adalah
Menjadi lebih baik dari diri kita yang sebelumnya

Penulis adalah  Mahasiswa IAIN Sunan Ampel
Prodi Sosiologi






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sample text

Social Icons

Powered By Blogger

Ads 468x60px

Social Icons

Featured Posts